KURIKULUM 2013 dari Landasan Kajian
Filsafat
Dalam
kajian Filsafat Ilmu, bidang kajian filsafat ilmu ruang lingkupnya terus
mengalami perkembangan, hal ini tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat
dan ilmu yang semakin intens. Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan
telaah berkaitan dengan objek apa yang di telaah oleh ilmu (ontologi),
bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistimologi), dan bagaimana proses
pemerolehan ilmu (epistimologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh
karena itu lingkup induk telaah filsafat ilmu adalah: ontology, epistimology,
dan axiology.
Contoh permasalahan yang ada di masyarakat, yang
dapat sesuai dikaji dengan dilsafat ilmu, yaitu tentang Kurikulum 2013 yang
diterapkan pada program pelaksanaan pendidikan yang dimulai pada tahun 2013
ini.
Kurikulum 2013 pada dasarnya adalah untuk memperbaiki berbagai
permasalahan yang timbul pada kurikulum 2006 yang sangat padat dan banyak
pelajaran yang keluasan materinya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
Kurikulum 2006 juga belum sepenuhnya berbasis kompetensi yang sesuai dengan
tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dengan kurikulum 2013
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya secara holistik dalam sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
KAJIAN FILOSOFIS dari
KURIKULUM 2013
A. Kajian Ontologi
Ontologi,
dalam bahasa Inggris “ontologi” berakar dari bahasa Yunani “on” berarti dad,
dan “ontos” berarti keberadaan. Sedangkan “ logos” berarti pemikiran. Jadi,
ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada keberadaannya. Dalam metafisika,
pada dasarnya dipersoalkan mengenai substansi atau hakikat alam semesta. Apakah
alam semesta ini merupakan kesungguhan atau kemungkinan.
Ontologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan
ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu?.
Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut?. Bagaimana hubungan antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa. dan,
mengundra) yang membuahkan pengetahuan.
Dikaji
dengan kurikulum 2013 yaitu kurikulum atau materi baru yang akan digunakan,
apakah sudah tepat jika akan di luncurkan ke sekolah-sekolah, karena tidak
semua pihak sudah paham betul mengenai kurikulum 2013.
Rencana
kurikulum 2013 menganut model konsep pendidikan esensialisme, yaitu model pendidikan yang berkembang di Amerika
Serikat yang identik dengan masyarakat industri. Hal ini dapat dilihat dari
model pendidikan yang diterapkan berbasis sains yang berorientasi pada
kompetensi lulusan agar siap untuk terjun ke dunia kerja. Menurut Prof. Dr.
Nana Syaodih dalam bukunya Pengembangan Kurikulum : Teori dan praktek mengungkapkan
bahwa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum adalah : a) Relevansi, b) Fleksibilitas, c) Kontionuitas,
d) Praktis, e) Efektifitas. Dari segi relevansi, kurikulum 2013 bertujuan untuk
menyiapkan siswa yang siap untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat. Kurikulum
ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam
UU No. 20 tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreastif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi,
serta bertanggung jawab.
Dari
segi fleksibilitas, kurikulum ini mesih memberikan kesempatan pada sekolah
ditiap daerah untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
daerah masing-masing, baik dari segi kondisi daerah, waktu, kemampuan anak, dan
latar belakang peserta didik sebagaimana yang juga diterapkan pada kurikulum
KTSP. Pada dasarnya, kurikulum ini terlihat sederhana, tetapi diharapkan mampu
menjawab tantangan untuk mampu membekali peserta didik dalam menghadapi
persaingan global di kehidupan sekarang dan masa datang.
Secara
umum, Kesinambungan (kontinuitas) dalam kurikulum ini mengikuti dengan
perkembangan peserta didik sesuai jenjang pendidikan yang mereka tempuh.
Penjabaran tujuan yang ingin di capai dalam kurikulum juga telah dijabarkan
secara terperinci. Namun, kembali lagi sebaik apapun kurikulum tanpa ada
aplikasi yang tepat dan sesuai akhirnya tidak akan mendapatkan hasil yang
maksimal.
Dilihat
dari orientasi sains yang meyiapkan peserta didik untuk bekerja, maka akan
banyak praktikumdan alat-alat yang akan digunakan. Dilihat dari kondisi
infrstruktur kita sekarang dirasa kurang memadai untuk menerapkan kurikuluk ini
secara utuh. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan kurikulum ini
dirasa sangat mahal dikarenakan pembebanan biaya pendidikan akan lebih banyak
di serap untuk penyediaan infrastruktur.
Dari
segi efektifitas, kurikulum ini sebagaimana yang telah disebutkan sebeumnya
mungkin akan kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan infrastruktur yang dimiliki
oleh pemerintah kurang memadai untuk melaksanakan kurikulum ini. Fasilitas
seperti laboratorium tidak tersedia di setiap sekolah yang seharusnya
membutuhkannya.
B. Kajian Epitimologi
Secara
etimolpogis, “epistimologi” berakar dai bahasa Yunani “episteme” yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan
“logos” yang juga berarti pengetahuan. Jadi, epistimologi berarti pengetahuan
yang sering disebut “teori pengetahuan”. Persoalan sentral epistimologi adala
mengenai persoalan apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya.
Landasan
epistimologi, itu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya
berdasarkan: a) kerangka pemikiran yang bersifat logis denagn argumentsi yang
bersifat konsisten dengan poengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.,
b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran
tersebut, c) melakukan verivikasi terhadap hipotesis termasuk untuk menguji
kebenaran pernyataan secara faktual.
Kurikulum
2013 yang dikaji dari landasan Kajian Epistimologi, yakni saat Implementasi
kurikulum 2013 telah selesai dilaksanakan, pemahaman masing-masing instruktur
nasional, guru inti, kepala sekolah dan guru sasaran tidak semuanya sama.
Beberapa persepsi yang berbeda menaglir disekolah masing-masing. Kondisi ini
sedikit banyak menimbulkan beberapa pertanyaan yang tidak bertepi dan dapat
menjadi resistensi berkelanjutan terhadap kurikulum 2013. Gambaran umum proses pelaksanaan
kurikulum 2013 diantaranya:
ü Bahwa Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dan hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi
ü Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.
ü Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
ü Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
ü Dimana hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
C. Kajian Axiologi
Istilah
axiologi berasla dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai auat sesuatu
yang berharga, logos artinya akal, teori. Axiologi artinya teori nilai,
penye;idikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dan nilai. Dlam
pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini menedepankan dalam
pemikiran Plato mengenai Idea tentang kebaikan, atau yang lebih dikenal dengan
kebaikan tertinggi.
Aksiologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai
landasan Ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan ?. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaida-kaidah moral ?. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan anatra teknik, prosedural, yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional?.
Kurikulum
2013 di kaji dengan Kajian Axiologi yaitu terletak pada manfaat yang akan
dicapai bila kurikulum 2013 ini di luncurkan. Adapun manfaat dari pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:
§ Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan;
§ Menggunakan kelompok kerja sama, kolaborasi, kelompok
belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk
memecahkan masalah;
§ Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang
ramah otak (brain-friendly classroom);
§ Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu
memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan
kualitas mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan
pengetahuan secara siap;
§ Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik
berada dalam format ramah otak;
§ Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari;
§ Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan
untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara
memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas;
§ Program pembelajaran yang bersifat ramah otak
memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi
cara penilaian.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar