Senin, 22 Desember 2014

Penyelenggaraan Program (Kesetaraan Paket C) di tinjau dari Warga Belajarnya

PENYELENGARAAN PROGRAM KESETARAAN (KEJAR PAKET C)
di PKBM PERMATA BANGSA (WARGA BELAJAR)
Semolowaru Indah I Block C-27 Surabaya

Dosen Pembimbing:
Wiwin Yulianingsih, M.Pd



Oleh :
Ulfatul Mu’arifah (12010034010)
2012 B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN NON FORMAL
2014

PENYELENGARAAN PROGRAM KESETARAAN (KEJAR PAKET C)
di PKBM PERMATA BANGSA (WARGA BELAJAR)
Semolowaru Indah I Block C-27 Surabaya

Disini saya mengambil objek tulisan yaitu Program Kesetaraan (Kejar Paket C)
yang terdapat di PKBM Permata Bangsa, yang saya tinjau dari sisi
warga belajarnya.

Abstrak :
Duri Ashar. 2013 “Pengembangan Penyelenggraan Program Kesetaraan (Kejar Paket C) ditinjau dari keaktifan Belajar Warga Belajarnya di PKBM Permata Bangsa, Semolowaru Indah I Block C-27 Surabaya”. Diambil dari Skripsi, jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Yang menjadi focus kajian disini ialah keaktifan warga belajar selama mengikuti pembelajaran Kejar Paket C di PKBM Permata Bangsa. Alasan saya mengambil k=objek ini karena warga belajar merupakan dalah unsur penting yang tidak bisa dipisahkan dari 10 patokan Dikmas, sehinggga dapat saya jadikan sebagai acuan saya dalam menulis sebuah artikel ini. Karena salah satu indikator keberhasilan suatu program kesetaraan (kejar paket C) ialah jumlah warga belajar yang  memenuhi target yang telah ditentukan. Jika dalam suatu program tidak terdapat warga belajar, maka juga secara otomatis program tersebut tidak bisa berjalan, karena tidak terdapat objek dalam proses belajar mengajar.

Kata Kunci : Warga Belajar, Keaktifan Belajar















PENDAHULUAN

Kerangka Umum
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu dengan adanya keterbatasan dan ketidakmampuan membiayai sekolah menyebabkan warga Negara tidak dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, sehingga mengalami putus sekolah. Dalam rangka mengatasi kurangnya pendidikan yang setara dengan SMA di Indonesia akhirnya di buka program kesetaraan Kejar Paket C. Oleh sebab itu dalam hal ini akan dibahas tentang: Bagaimanakah  keaktifan belajar warga belajarv pada saat Pembelajaran  dan   apakah   yang   menjadi   faktor   pendukung  dan penghambat dari prestasi belajar warga belajar diPKBM Permata Bangsa, Surabaya.
Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih dibawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang muncul ketika pendidikan itu dipertanyakan, salah satunya keterbatasan biaya, dan asumsi mereka tentang pendidikan bukan hal segalanya untuk hidup. Padahal secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi  peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema  hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap. Merujuk pada pedoman  pembelajaran pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C disebutkan bahwa program Paket C adalah program pendidikan yang pada jalur Pendidikan Non Formal yang dapat diikuti oleh warga belajar yang ingin menyelesaikan pendidikan setara sma/ma. Lulusan program Paket C berhak mendapat ijazah dan diakui setara dengan ijazah sma/ma (Kemdiknas, 2010:2). Berdasarkan undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 26 ayat (3), dan penjelasannya bahwa pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara sd/mi, smp/mts, dan sma/ma yang mencangkup program Paket A, Paket B, dan Paket C.
Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA ditujukan bagi warga belajar yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlu kan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup. Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, dan kedudukan. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat (6) bahwa hasil Pendidikan Non Formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pengertian mengenai pendidikan kesetaraan adalah jalur Pendidikan Non Formal dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi konten, konteks, metodologi, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih memberikan konsep-konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan permasalahan lingkungan dan melatih kecakapan hidup berorientasi kerja atau berusaha sendiri. Kesempatan pendidikan harus diberikan secara merata, dipihak lain dituntut meningkatkan kualitas pendidikan (El Findri, 2001: 36-41). Standar kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan diberi catatan 3 khusus. Catatan khusus meliputi: (i) pemilikan katerampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (untuk Paket A) ; (ii) pemilikan keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja (untuk Paket B) ; (iii) pemilikan keterampilan berwirausaha (untuk Paket C). Pendidikan Non Formal (PNF) merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistem pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal. Pendidikan nonformal memberikan berbagai pelayanan pendidikan untuk setiap warga masyarakat untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan zaman. Program Paket C adalah program pendidikan menengah melalui jalur pendidikan nonformal yang mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan SMA/MA disebut Paket C umum.
Sedangkan kedepan akan dihubungkan dengan Paket C kejuruan yang setara SMK/MA. Pengembangan Paket C Kejuruan disamping untuk memenuhi hak masyarakat tentang Pendidikan adalah untuk mengembangkan keterampilan kerja untuk memenuhi pendidikan kecakapan hidup (keterampilan) setara dengan SMK. Kenyataan menunjukkan bahwa warga belajar Paket C dari tahun ke tahun selalu meningkat. Tahun 2004 peserta didik Paket C sebanyak 84.593 orang dan pada tahun 2008 peserta didik paket C meningkat menjadi 606.310 orang.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 14 tahun 2007 tentang Standar Isi Pendidikan Kesetaraan antara lain mengatur kurikulum Program Paket C yang di dalamnya terdapat mata pelajaran keterampilan fungsional dan mata pelajaran kepribadian professional, akan tetapi di dalam Program Paket C umum, belum secara 4 khusus diarahkan untuk mencapai kompetensi lulusan yang memiliki tingkat keahlian tertentu untuk melakukan usaha mandiri dan atau bekerja di dunia usaha dan dunia industri baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena itu untuk membantu menyiapkan tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian tersebut salah satunya perlu dikembangkan program pembelajaran yang sistematis, praktis dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang, yaitu melalui program Paket C Kejuruan setara SMK. Dengan tujuan agar warga belajar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi sehingga siap menghadapi persaingan kerja (Tri Joko Raharjo, 2005 : 13-14).
Dengan diterbitkan Permendiknas No. 36 Tahun 2009 tentang Program Paket C Kejuruan yang dapat digunakan sebagai landasan hukum atau acuan untuk menyelenggarakan program Paket C Kejuruan. Untuk menyiapkan dan memberikan acuan praktis dalam penyelenggaraan Paket C Kejuruan maka perlu disusun Pedoman Penyelenggaraan program Paket C Kejuruan. Kelompok belajar atau kejar adalah jalur pendidikan non formal, yang di fasilitasi oleh pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur pendidikan formal. Kejar terdiri atas 3 paket yaitu Paket A, Paket B, Paket C. Setiap peserta kejar paket dapat mengikuti ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh departemen pendidikan nasional. Peserta kejar Paket A dapat mengikuti ujian kesetaraan SD, peserta kejar Paket B dapat mengikuti ujian kesetaraan tingkat SLTP, dan warga belajar kejar Paket C dapat mengikuti ujian kesetaraan SMU/ SMA/ MA. Ujian kesetaraan diselenggarakan dua kali dalam setahun. Setiap yang lulus berhak memiliki sertifikat (ijazah) yang setara dengan pendidikan formal.
Program Paket C merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat usia sekolah dan usia dewasa yang karena berbagai keterbatasan tidak melanjutkan pendidikan formal. Paket C murni integrasi vokasi sistem terbuka adalah program pendidikan kesetaraan Paket C setara SMA yang mengintegrasikan pembelajaran akademik dan pembelajaran ketrampilan siap kerja dengan pola pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi, karakteristik masing-masing warga belajar. Pada program Paket C juga terdapat pemberian materi yang disampaikan oleh tutor baik langsung atau menggunakan media pembelajaran. Media merupakan komponen masukan yang dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran pelatihan. Media pembelajaran dapat berupa sumber, alat, bahan yang di perlukan untuk kegiatan belajar ( Tri Joko Raharjo, 2005:12).

Devinisi
*       Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan ini merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub system pendidikan non formal. Yang dimaksud pendidikan non formal adalah “ pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat”. Dengan adanya batasa pengertian tersebut, rupanya pendidikan non formal tersebut berada antara pendidikan formal dan pendidikan informal.
Pendidikan Kesetaraan adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar) Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan mengganti.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu upaya yang ditempuh untuk memperluas akses pendidikan guna mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum yang mencakup Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMU).

*       Kejar Paket C
Kejar Paket C adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan Non formal yang dapat diikuti oleh peserta didik yang ingin menyelesaikan pendidikan setara SMA/MA. Lulusan Program Paket B berhak mendapat ijazah dan diakui setara dengan ijazah SMA/MA (Kemdiknas, 2010:2).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Kejar Paket C ialah adalah program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.


*       Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran secara umum mempunyai tujuan untuk membantu para warga belajar agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkahlaku warga belajar bertambah baik kuantitas ataupun kualitas. Menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal partisipan yang di rancang untuk mendukung proses internal belajar (darsono 2001:26). Jadi pengertian prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

*       Warga Belajar
Warga belajar adalah anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu pada jalur pendidikan non formal (Kemdiknas, 2010:2)

Dasar-dasar Kebijakan Pendidikan Kesetaraan
Dasar pertama kebijakan kejar paket adalah Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 28B Ayat 1 “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia”. Kemudian UUD tersebut dalam implementasinya diperkuat oleh Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ; ayat (1 dan 5). 1) Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 5) Setiap Warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan dengan Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Diperkuat lagi dengan Pasal 17; ayat 2 Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Namun pasal di atas masih menjelaskan mengenai sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, belum menjelaskan kepada pendidikan menengah atas.
Sedangkan mengenai pendidikan menengah atas dan penggantinya dijelaskan dengan  Pasal 18; ayat 3 Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Kemudian Pasal 17 dan 18 tersebut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 17 dan Pasal 18 menyatakan bahwa pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program Paket A dan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program paket B, Sedangkan pendidikan yang sederajat dengan SMA/MA adalah program paket C.
Kalau pasal di atas menjelaskan mengenai pendidikan formal, pasal yang menjelaskan pendidikan nonformal adalah Pasal 26; ayat (1,2,6): Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2) Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrmpilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. 6) Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional penilaian. Setiap peserta didik yang lulus ujian program Paket A, Paket B, Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijasah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan keterangan pada pasal tersebut, pada dasarnya pendidikan nonformal disamakan statusnya dengan pendidikan formal.
Keterangan mengenai pendidikan nonformal di atas diperjelas dan dijabarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 1 ayat 3 menjelaskan, Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Kemudian dijabarkan dengan Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah; dan implementasinya dijelaskan dengan Pasal 25 s.d Pasal 27 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Kemudian dikerucutkan lagi dengan  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Standar Isi untuk program paket A, program paket B, dan program paket C yang mencakup: Beban Belajar dan Struktur Kurikulum, dan  Beban Belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kalender Pendidikan. Peraturan yang menjelaskan lebih lanjut mengenai Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah menegaskan beberapa poin penting berikut : Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni: a) Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b) Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan mengenai tenaga kependidikan dan pendidik yang ada dalam program paket dijelaskan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 39 Tahun 2000 tentang tenaga kependidikan pasal 20 ayat 2 menjelaskan bahwa tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan dan penilik di jalur pendidikan luar sekolah pada dasarnya dipilih dari kalangan tenaga pendidik. Jadi yang namanya tenaga kependidikan yang bertugas di sistem kejar paket juga dipilih dari kalangan pendidik.

Peranan Pendidikan Kesetaraan
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias. Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan.

Fungsi Program Paket C
Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang setara dengan SMA, dan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan kepada peserta didik yang karena berbagai hal kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh sekolah, sehingga dapat akses terhadap pendidikan setara SMA bagi orang dewasa.

Manfaat Dari Paket A, Paket B, Paket C
Ijazah Paket-B dapat dipergunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang  lebih tinggi yaitu SMA, SMK atau MA baik Sekolah Negeri maupun swasta.bisa Juga untuk melanjutkan ke program Paket-C setara SMA. Menambah Rasa Percaya Diri Karena bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.(SMA PAKET BISA MELANJUTKAN KULIAH) PAKET-C SETARA SMA

Pengaruh Pendidikan Kesetaraan bagi Anak-anak Putus Sekolah
Dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui 2 (dua)  jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Sebagaimana dijelaskan dala Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah memiliki tujuan:
Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu pendidikannya.
Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkann ke tingkat / jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6) tentang Sistem Pendidikan Nasional. Paket-paket pendidikan kesetaraan dirancang untuk peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.































PEMBAHASAN

Pokok bahasan
Banyaknya warga Indonesia yang masih sangat tidak percaya akan ijasah paket membuat peminat program ini juga tidak terlalu banyak, bahkan bisa dibilang sedikit. Kebanyakan warga yang mengikuti Program Kejar Paket C adal siswa yang bermasalah di bidang Pendidikan Formal, sehingga dia lebih memilih untuk beralih ke Pendidikan Non formal, ada juga dari mereka adalah siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, sehingga tidak mampu membiayai pendidikan formal yang dirasanya sangat mahal, terlebih mereka berasal dari keluarga yang mampu atau kurang beruntung. Banyak diantara masyarakat masih canggung dengan ijasah Kejar Paket C, apakah ijasah ini dapat dipergunakan untuk melemer pekerjaan.

Factor Pendukung Dan Penghambat Keaktifan Belajar Siswa Paket C
Winkel (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Menurut Bloom (Sunarto, 2012) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
Dalam mencapaian prestasi yang diinginkan warga belajar harus mampu menguasai tiga aspek, antara lain aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif warga belajar sudah terbentuk ini dapat dilihat dengan mereka dapat menyelesaikan pembuatan baju hem dan sudah menguasai indikator keberhasilan yang ditetapkan pihak penyelenggara 60%. Faktor keberhasilan dalam aspek kognitif ini karena warga belajar menyukai ketrampiilan menjahit.
Aspek afektif warga belajar kurang terbentuk ini bisa dilihat dari ketika proses pembelajaran berlangsung sebagian warga belajar cenderung berbicara sendiri. Faktor tidak berhasilnya ini dikarenakan warga belajar kurang begitu tertarik dengan materi pembelajaran. Aspek psikomotorik warga belajar sudah terbentuk ini bisa dilihat dari warga belajar memperhatikan dan mencermati setiap kali ketrampilan menjahit, tata rias dan komputer. Faktor keberhasilan ini karena warga belajar menyukai ketrampilan.
Selain tiga aspek yang disebutkan di atas dalam mencapai prestasi belajar yang di inginkan, penyelenggara dan tutor mengharapkan warga belajar agar mempunyai sikap yang tumbuh antara lain disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif dan inovatif, mandiri. Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif terhadap suatu objek atau peristiwa.
Sikap merupakan titik awal penentu dari gerakan jalan fikiran dan kegiatan manusia dalam kehidupan. Sikap dapat pula diartikan sebagai gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau objek. Atau dengan kata lain sikap adalah suatu yang dapat menentukan langkah dan perbuatan seseorang (Suit & Almasdi, 2000).
Dalam penelitiannya Priyanto mengemukakan pendidikan dan latihan, mentoring dan belajar dari pengalaman merupakan faktor pembentuk prestasi belajar yang signifikan (Bahri syaiful, 2010 : 54). Faktor Pendukung dan penghambat prestasi belajar yang pertama yaitu kedisiplinan. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap disiplin antara lain lingkungan keluarga, masyarakat dan individu yang bersangkutan. Menurut Suharyadi, dkk (2007, 10 –11) disiplin mengandung makna ketepatan komitmen terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud meliputi ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, dan sistem kerja.
Sikap kedisiplinan warga belajar Program Paket C PKBM dapat digambarkan melalui contoh-contoh berikut ini. Dalam hal ketepatan hadir selama ini masih ditemui beberapa warga belajar yang datang terlambat dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan data di buku absensi paket C terlihat bahwa selama bulan Desember 2012 tingkat kehadiran warga belajar sebesar 80%. Berdasarkan paparan tersebut dapat diketahui bahwa sikap kedisplinan warga belajar belum terbentuk. Faktor yang menyebabkan hal ini menurut penuturan pihak penyelenggara antara lain pola asuh keluarga yang kurang membiasakan sikap kedisiplinan pada anak.
Sikap selanjutnya yaitu komitmen tinggi. Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya maupun orang lain. Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan, dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen terhadap orang lain adalah pelayanan prima yang berorientasi terhadap kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, dan pemecahan masalah (problem solving) bagi masalah konsumen (Suharyadi, dkk, 2007 : 10-11).
Kaitannya dengan komitmen terhadap orang lain, berikut ini contoh gambaran sikap warga belajar. Selama ini dalam hal pengumpulan tugas yang diberikan tutor, warga belajar membuat kesepakatan waktu. Pada kenyataannya warga belajar kurang menepati dengan janji yang telah disepakati bersama. Mereka beralasan tugas yang diberikan tutor terlalu sulit. Dari paparan tersebut diketahui bahwa warga belajar kurang bisa memegang komitmen terhadap orang lain. Sedangkan dalam hal komitmen terhadap diri sendiri, warga belajar telah mampu mengidentifikasi harapannya. Mereka mengungkapkan keinginan dan harapannya setelah lulus dari Program Paket C. Berdasarkan penuturan mereka dapat diketahui bahwa warga belajar memiliki komitmen terhadap dirinya sendiri.
Sikap yang ketiga yaitu kejujuran. Kejujuran mengandung makna sesuatu hal yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Dalam hal kejujuran sikap warga belajar sudah menunjukkan hal yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari cara mengelola keuangan di kelompok belajar usaha. Dalam menyampaikan laporan penjualan wrga belajar melakukan secara transparan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sikap kejujuran ini juga terlihat ketika warga belajar diminta oleh tutor untuk mengoreksi hasil ulangan mereka sendiri. Dari hasil evaluasi diri ini warga belajar mengungkapkan hal yang sebenarnya tentang nilai yang diperoleh dalam ulangan.
Sikap selanjutnya yaitu kreatif dan inovatif. Kreativitas mengandung pengertian : (1) menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada; (2) hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru; (3) menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik. Sedangkan inovatif mengandung makna menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru menghasilkan barang dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen (Suharyadi,dkk, 2007 : 10–11).
Faktof Internal Bagi Warga Belajar Untuk Mengikuti Kejar Paket C
a.        Kekuatan Tersendiri
Saat ini reformasi kurikulum pendidikan kesetaraan sedang diarahkan untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas komprehensif dan kompetitif bagi semua peserta didik pendidikan kesetaraan yang selama ini cenderung termajinalkan. Semua pihak perlu memperoleh kesempatan untuk dapat mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial, intelektual, serta kinestetik.
Dari fenomena yang ada, penulis curiga mereka menganggap bahwa ikut UN Kejar Paket C akan otomatis lulus. Belum tentu. Semuanya tetap tergantung kemampuan mereka. Materi ujian Kejar Paket C juga dibuat oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional RI, bukan dibuat oleh lembaga penyelenggara program tersebut di daerah.
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang lebih induktif, konstruktif, serta belajar mandiri melalui penekanan pada pengenalan permasalahan lingkungan serta pencarian solusi dengan pendekatan antarkeilmuan yang tidak tersekat-sekat sehingga lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan itu, sistem pembelajaran ( delivery system ) dirancang sedemikian rupa agar memiliki kekuatan tersendiri, untuk mengembangkan kecakapan komprehensif dan kompetitif yang berguna dalam meningkatkan kemampuan belajar sepanjang hayat. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang lebih induktif dan konstruktif.
Proses pembelajaran pendidikan kesetaraan lebih menitik beratkan pada pengenalan permasalahan lingkungan serta cara berfikir untuk memecahkannya melalui pendekatan antardisiplin ilmu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dipecahkan. Untuk itu, penilaian dalam pendidikan kesetaraan dilakukan dengan lebih mengutamakan uji kompetensi.
Diharapkan reformasi kurikulum pendidikan kesetaraan dapat diluncurkan pada akhir tahun 2006 yang disusun bersama Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ) berdasarkan hasil uji coba dan masukan dari berbagai nara sumber.

b.        Sebagai Alternatif
Sebagaimana dijelaskan dalam UU No 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dapat bersifat formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar (SD dan SMP), pendidikan menengah (SMA/SMK) dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi). Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal, yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (seperti Kejar paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C). Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan nonformal atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini, sebagaimana dijelaskan di atas diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan luar sekolah berfungsi mengembangkan potensi peserta didik/ warga belajar dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Philip H Coom seorang sarjana barat mendifinisikannya sebagai beberapa aktivitas pendidikan yang terorganisasi di luar sistem formal yang telah berdiri. Apakah itu beroperasi secara terpisah atau sebagai pengenalan pada kegiatan yang lebih luas yang ditujukan untuk membantu mengidentifikasi pelajar/warga masyarakat dan bahan pengajaran.
Pendidikan luar sekolah ini menurut UU No 20/2003 meliputi pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (Kejar Paket A,B, dan C), serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik/warga belajar.
Dari uraian di atas bisa dilihat kedudukan program Kejar Paket C tidak lebih rendah dari SMA. Yang membedakan hanya jalurnya. Yang satu formal dan yang satu lagi nonformal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang.
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo sendiri menegaskan semua perguruan tinggi (PT) harus mau menerima siswa lulusan ujian nasional (UN) Kejar Paket C. Tidak boleh ada perguruan tinggi yang menolak siswa lulusan Kejar Paket C. Itu semua hak warga negara. (Suara Merdeka, 27/06/06).
Jadi, kini terserah kepada siswa yang tidak lulus UN SMA beberapa waktu lalu, mau ikut ujian nasional (UN) Kejar Paket C atau tidak. Jika mereka ikut, dan mampu lulus (tidak ada jaminan mereka pasti lulus begitu saja), dapat melanjutkan ke perguruan tinggi yang diinginkan. Kejar Paket C juga ada jurusan IPA serta jurusan IPS dan Bahasa sesuai dengan jurusan yang ada di SMA.

Subuah Fakta Di Kejar Paket C (Belum Tentu Lulus)
Dari fenomena yang ada penulis curiga mereka menganggap bahwa ikut UN Kejar paket C akan otomatis lulus. Belum tentu. Semuanya tetap tergantung kemampuan mereka. Materi ujian Kejar Paket C juga dibuat oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional RI, bukan dibuat oleh lembaga penyelenggara program tersebut di daerah.
Ujian nasional Kejar Paket C IPS materinya meliputi mata pelajaran PPKn, Bahasa Inggris, Sosiologi, Tatanegara, Bahasa dan Sastra Indonesia, dan mata pelajaran Ekonomi. Sedang untuk Kejar Paket C IPA meliputi mata pelajaran PPKn, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Bahasa dan Sastra Indonesia, Fisika, dan Matematika.
Untuk Kejar Paket C Bahasa, ujian nasionalnya meliputi mata pelajaran PPKn, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah Budaya, Sastra Indonesia dan Bahasa Asing Pilihan.
Nilai kelulusan secara akumulatif dari seluruh mata pelajaran yang diujikan tanpa ada nilai kurang dari 3,01 pada setiap mata ujian, untuk Kejar Paket C IPS dan Bahasa jumlah akumulatifnya adalah adalah 28,5 sedang untuk Kejar Paket C IPA jumlahnya adalah 33,25.
Melihat materi yang diujikan, adalah sangat keliru bila beranggapan Kejar Paket C hanya program "ecek-ecek" yang gampang untuk lulus atau tidak setara dengan SMA. Mau bukti? Coba dulu ikut ujian nasional (UN) Kejar Paket C 28 Juli mendatang. Pendaftaran terakhir 7 Juli 2006 di semua Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota se- Indonesia. Biayanya gratis

Kendala Yang Dihadapai Dalam Pendidikan Kesetaraan
Mengajak warga masyarakat untuk belajar di kelompok belajar (Kejar) paket tidaklah mudah. Sesuai denga sebutannya yakni Kejar, kita betul-betul harus mengejar para calon warga belajar ini. Memotivasi mereka dan menjelaskan akan pentingnya pendidikan. Untuk itu memang perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pendekatan terhadap sasaran didik ini. Maklumlah, mereka adalah orang-orang yang bermasalah. Bermasalah dalam artian berkaitan dengan berbagai masalah seperti masalah ekonomi sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya di pendidikan formal. 
Faktor-faktor yang paling sering mempengaruhi kegagalan mereka melanjutkan pendidikan formalnya antara lain yang paling signifikan adalah faktor ekonomi. Oleh karena itulah faktor ekonomilah yang lebih mereka perhatikan dari pada pendidikan. Pada saat melaksanakan proses belajar ini juga sarat dengan menghadapi berbagai kendala seperti warga belajar yang bermalas-malasan. Kendala lainya adalah masalah cuaca yang kurang bersahabat. Terutama sekali saat-saat musim penghujan. Pada musim penghujan biasanya warga belajar malas keluar rumah untuk diajak belajar.
Untuk memberikan semangat (motivasi) kepada warga belajar agar tetap senang belajar, maka pengelola program pendidikan kesetaraan diharapkan juga mendirikan Taman bacaan masyarakat (TBM), yaitu merupakan sarana belajar bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan mengembangkan pengetahuan guna memenuhi minat dan kebutuhan belajarnya yang bersumber dari bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya. Ini semacam perpustakaan mini dan tersebar untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari layanan perpustakaan. Ada dua sasaran prioritas utama sasaran pendirian taman bacaan masyarakat, pertama untuk peningkatan minat baca masyarakat dan kedua untuk memelihara kemampuan keaksaraan masyarakat. Disamping itu, diharapkan keberadaan TBM bisa menjadai tempat berkumpul warga masyarakat untuk sekedar ngobrol mempererat silaturahim tukar informasi untuk memperkaya wawasan. Dengan demikian TBM pun bisa berfungsi sebagai ruang publik untuk melakukan sosialisasi diri, termasuk mempromosikan/mengenalkan program-program pendidikan nonformal kepada masyarakat.

















PENUTUP

Simpulan
Pendidikan Kesetaraan adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar) Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya. Dalam program ini warga belajar yang telah selesai mengikuti pembelajaran dan mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) akan memperoleh ijasah setara SD. Selain memperoleh bekal pengetahuan umum, dan ketrampilan. 
Pendidikan Kesetaraan sangat penting bagi anak-anak putus sekolah agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkann ke tingkat / jenjang pendidikan yang lebih tinggi guna meningkatkan martabat dan mutu pendidikannya.
Model pembelajaran dalam Program Paket C Terintegrasi Vokasi ini antara lain: (1) Warga belajar yang direkrut berusia 16-19 tahun dan berasal dari keluarga tidak mampu; (2) Dari segi kualifikasi akademik terdapat 2 orang tutor yang belum memenuhi syarat, karena berlatar pendidikan SMA: (3) Penyelenggara meliputi Pamong Belajar dan Staf TU; (4) Kurikulum yang digunakan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; (5) Bahan ajar yang digunakan meliputi modul pokok materi akademik, modul pelengkap yang relevan, dan modul keterampilan; (6) Program pembelajaran yang diterapkan Kesetaraan Integrasi Vokasi; (7) Dalam proses pembelajaran warga belajar kurang termotivasi untuk mengikuti materi akademik tetapi lebih antusias mengikuti pembelajaran keterampilan; (8) Evaluasi yang dilaksanakan yaitu tes harian, tes tengah semester, ujian akhir dan tes keterampilan.
Aspek afektif dan Sikap kedisiplinan warga belajar belum sepenuhnya terbentuk. Hal ini terlihat dari masih banyaknya warga belajar yang datang terlambat dan suka berbicara saat proses pembelajaran, serta rendahnya tingkat kehadiran warga belajar. warga belajar belum bisa menjaga komitmen dengan orang lain, hal ini ditunjukkan mereka tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas yang diberikan. Kaitannya dengan komitmen terhadap dirinya, warga belajar sudah bisa mengidentifikasi harapan-harapannya dengan mengungkapkan keinginan setelah mereka lulus dari Program Paket C. warga belajar sudah menunjukkan aspek kognitif, aspek psikomotorik serta sikap kekejujurannya, terlihat dari cara mereka saat proses ketrampilan mereka memperhatikan, membuat hem dan melaporakan hasil evaluasi diri sendiri dan melaporkan hasil usaha menurut kondisi yang sebenarnya. Kreativitas dan inovasi warga belajar terlihat dalam pembelajaran menjahit yaitu dengan membuat permen pepaya yang mereka jual di sekitar SKB. Kemandirian warga belajar ditunjukkan dari upaya mereka menyelesaikan tugas yang diberikan tutor yaitu dengan mencari referensi dari perpustakaan dan internet






REFERENSI

Tim Laboratorium PLS UNESA.2014. Buku Pedoman “Pengelolaan Labsite Progran PNFI”. Surabaya: Unesa University Press

http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1491 diakses pada 19 Desember 2014 pukul 10:15 PM.

http://pendidikanbagianakmiskin.blogspot.com/ diakses pada 20 Desember 2014 pukul 12:01 AM







Sabtu, 15 November 2014

10 Metode pembelajaran

10 Metode Pembelajaran

I.      Metode Diskusi
A.   Kapan Digunakan
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapai (Semiwan, 19990 : 76). Sedangkan menurut Suryosubroto (1997 : 179) mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Metode ini tepat digunakan pada saat siswa dan guru dalam proses belajar memecahkan sebuah masalah, dimana para siswa di ajarkan untuk memecahkan sebuah masalah dengan cara bersama-sama. Dimana dari kesepakatan tersebut akan didapatkan jalan keluar dari permasalah tersebut. Sehingga siswa diajarakan untuk saling menghargai pendapat temannya satu sama lain.


B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
Dalam proses diskusi terdapat beberapa prosedur dan fase, yaitu:
1.     Fase dalam Diskusi
§  Persiapan perencanaan diskusi.
§  Pelaksanaan diskusi
§  Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.
§  Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan  jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
§  Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas
§  Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
2.    Metode Dalam Diskusi
§  Pelaksanaan diskusi
a)     Membuat struktur kelompok.
b)    Membagi-bagi tugas dalam diskusi
c)     Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi
d)     Mencatat ide-ide/ saran-saran yang penting
e)     Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta
f)     Menciptakan situasi yang menyenangkan
§  Tindak lanjut diskusi
a)    Membuat kesimpulan/laporan diskusi
b)   Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya
c)    Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.

C.    Kelebihan
·      Keunggulan  Menurut Para Ahli
Zakiah Darajat, mengemukankan kelebihan metode diskusi. Kelebihan metode diskusi ini di antaranya adalah :
1. Adanya partisifasi murid yang terarah terhadap pelajaran tersebut
2. Murid harus berfikir secara kritis, tidak sembarang bicara
3. Murid dapat meningkatkan keberanian.
·      Keunggulan secara Umum
Beberapa keunggulan dalam penggunaan metode diskusi dalam kegiaatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a)  Merangsang kreativitas anak-didik dalam bentuk ide,gagasan-prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b) Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
c)  Memperluas wawasan.
d)  Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
e)  Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
f)  Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
g)  Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.

D.   Kekurangan
ü Kelemahan menurut para ahli
B.Suryo Bruto, mengemukakan bahwa kelemahan metode diskusi adalah :
1.   Suatu diskusi tidak dapat diramal sebelumnya mengenai bagaimana sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan berpartisifasi anggota-anggotanya.
2.  Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
3.  Jalannya diskusi dapat dikuasai didominasi oleh beberapa siswa yang “menonjol”.
4.  Tidak semua topik dapat dijadikan topik diskusi tetapi hanya hal-hal yang menjadi problematic apa yang dapat didiskusikan.
5.  Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.
6.  Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah fikir mereka, biasanya sulit untuk mengatasi pokok masalahnya
ü Kelemahan secara umum
Sedangkan kelemahan diskusi ketika digunakan dalam metode pembelajaran adalahsebagai berikut :
1.   Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan
2.  Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
3.  Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
4.  Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
5.  Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
6.  Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
7.  Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.

II.    Metode Kerja Kelompok
A.   Kapan Digunakan
Modjiono (199/1992) : 61) mengemukakan metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.
Metode ini tepat digunakan pada saat guru atau sekolah kurang mempunyai bahan / media yang cukup untuk para siswa, ini akan sangat membantu siswa dalam belajar. Disamping itu, kerja kelompok dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu siswa yang kurang dalam proses pemahaman belajar. Dari kerja kelompok pula siswa dapat memperbesar partisipasinya dalam belajar karena siswa merasa memiliki bekal untuk ikut berpartisipasi dalam belajar. Disisi lain dengan kerja kelompok dapat dilakukan pembagian pekerjaan siswa, diamana yang awalnya siswa harus mengerjakan semuanya sendirian, siswa terbantu dengan adanya bantuan dari teman-teman satu kelompoknya yang saling membantu pekerjaan kelompok mereka. Yang akhirnya waktu dapat digunakan secara lebih efisien untuk belajar siswa.

B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
1. Kegiatan Persiapan
a.   Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b.  Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut kedalam tugas-tugas kelompok.
c.   Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan kerja kelompok.
d.  Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.
2. Kegiatan Pelaksanaan
a.   Kegiatan Membuka Pelajaran
1)  Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya.
2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.
b) Kegiatan Inti Pelajaran
1)  Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari
2) Membentuk kelompok
3) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau langsung kepada semua siswa
4) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan mengakhiri kegiatan kerja kelompok.
5) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa melakukan kerja kelompok.
6) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.
c) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
1)  Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja kelompok.
2) Melakukan evaluasi hasil dan proses
Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi siswa yang telah menguasai materi tersebut.

C.    Kelebihan
Roestiyah N.K (1998 : 17 menyebutkan berapa keuntungan metode kerja kelompok. Keuntungannya ialah:
1.   Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah
2.  Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.
3.  Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampailan berdiskusi.
4.  Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
5.  Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
6.  Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.

D.   Kekurangan
a)  Sulit membentuk kelompok yang homogen baik segi minat, bakat, prestasi maupun intelegensi.
b) Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian kepada anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja
c)  Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan pemimpin kelompok
d)  Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena kurang kontrol dari pemimpin kelompok atau guru.
e)  Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja kelompok yang komplementer.

III. Metode Pemberian Tugas ( Metode Resitasi )
A.   Kapan Digunakan
Metode resitasi dalam perspektif Mansyur (1996 : 110) adalah guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mempertanggungjawabkannya. Soekartawi (1995: 19) mendefinisikan bahwa: Metode resitasi adalah suatu cara yang menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dipelajari yang kemudian dipertanggungjawabkan di depan kelas. Juga metode resitasi sering disebut dengan metode pemberian tugas yakni metode dimana siswa diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.
Metode ini tepat digunakan pada saat siswa sudah mendapatkan materi dari guru disekolah, sehingga untuk tindak lanjutnya guru memberikan tugas dengan tujuan siswa dapat memahami lebih dalam tentang materi yang telah tersampaikan dirumah masing-masing. Dengan ini dapat terlihat juga seberapa bersar tanggung jawab dan disiplin siswa dalam belajar. Hal ini penting karena dalam belajar siswa tidak selalu mendapat pengawasan dari guru. Dengan pemberian tugas siswa mendapatkan kesempatan untuk melatih diri menjadi seseorang yang lebih mandiri, yang akhirnya akan merangsang daya pikir peserta didik, karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
Pemberian tugas merupakan seperangkat soal-soal yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran, soal-soal tersebut disusun sedemikian rupa dengan mengacu pada tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mulyasa (2007 : 113) bahwa agar metode pemberian tugas terstruktur dapat berlangsung secara efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1.   Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya.
2.  Tugas yang dberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok, dan lain-lain.
3.  Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
4.  Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari peserta didik. Oleh karena itu dalam penugasan yang harus diselesaikan di luar kelas, sebaiknya peserta didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang dikerjakan.
5.  Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada produk (ending), tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa.

C.    Kelebihan
Kelebihan Metode pemberian tugas yaitu :
1)  Pengajaran klasikal cenderung untuk menyesuaikan cara dan kecepatan mengajar terhadap ciri-ciri umum di kelas itu. Hal tersebut menjadi sulit diikuti oleh kelompok yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Dengan metode tugas setiap peserta didik dapat bekerja menurut tugas dan tempo belajarnya masing-masing.
2) Metode pemberian tugas digunakan untuk melatih aktivitas, kretivitas, tanggung jawab dan disiplin peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini penting karena dalam kegiatan pengajaran tidak selamanya peserta didik mendapat pengawasan dari guru.
3) Peserta didik mendapat kesempatan untuk melatih diri bekerja secara mandiri.
4) Metode pemberian tugas dapat merangsang daya pikir peserta didik, karena mereka dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.
5) Pemberian tugas disamping dapat dilakukan secara individu bisa juga dilakukan secara kelompok, dalam hal ini peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil.

D.   Kekurangan
Kekurangan Metode pemberian tugas yaitu :
a)    Apabila diberikan tugas kelompok, seringkali yang mengerjakannya hanya peserta didik tertentu saja. Sedangkan yang lainnya hanya numpang saja.
b)   Apabila tugas diberikan diluar kelas, sulit untuk mengontrol peserta didik bekerja secara mandiri dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya.
c)    Metode pemberian tugas menuntut tanggung jawab guru yang besar untuk memeriksa dan memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.
d)   Sering terjadi penyimpangan dalam penggunaan metode pemberian tugas dari pengajaran menjadi semacam hukuman.
e)    Apabila tugas sulit dikerjakan akan menyita waktu peserta didik untuk kegiatan lainnya.

IV.   Metode Demonstrasi
A. Kapan Digunakan
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000).
Metode ini tepat digunakan pada saat guru harus mengajar atau menyajikan bahan pelajaran dengan memprtunjukan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk menunjukkan proses tertentu. Dengan demonstrasi guru dapat mempraktikan secara langsung materi yang ingin disampaikan dan siswa akan menangkap pelajaran lebih cepat dari pada hanya mendengarkan ceramah dari guru.

B.  Langkah-langkah Pembelajarannya
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah: Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apa bila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa.
Beberapa petunjuk penggunaan metode demonstrasi:
1.      Perencanaan: Menentukan tujuan demonstrasi mengoperasikan PLC zelio logic smart relay; Menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi membuat gambar kendali zelio di komputer; dan Menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti PLC trainner dan komputer.
2.     Pelaksanaan: Mengusahakan agar demonstrasi pembuatan gambar kendali zelio di komputer dapat diikuti dan diamati oleh seluruh siswa melalui proyektor; Menumbuhkan sikap krisis pada siswa sehingga terjadi Tanya jawab, dan diskusi tentang masalah PLC zelio logic smart relay; Memberi kesempatan pada setiap siswa untuk mencoba membuat gambar rangkaian kendali zelio di komputer sehingga siswa merasa yakin tentang suatu proses operasi rangkaian kendali PLC zelio logic; Membuat penilaian dari kegiatan siswa dalam demonstrasi menggunakan PLC zelio logic tersebut, seperti gambar hasil karya siswa yang dibuat di komputer.
3.     Tindak lanjut: Pemberian tugas kepada siswa untuk membuat gambar rangkaian kendali PLC untuk lampu lalu lintas; Penilaian terhadap laporan hasil demonstrasi mengoperasikan PLC zelio.
Langkah-langkah metode demonstrasi:
a)   Merumuskan tujuan yang akan dicapai siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
b)  Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam demonstrasi.
c)   Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
d)  Menjelaskan kepada siswa tentang topik yang akan didemonstrasikan.
e)   Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan siswa.
f)   Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan.
g)   Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan.

C.  Kelebihan
a.       Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju kepada hal lain; siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya, dan; siswa memperoleh pengalaman praktek, sehingga pembelajaran jadi menyenangkan, siswa lebih aktif dan mudah menyerap materi pelajaran.
b.      Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
c.       Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
d.      Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000).
e.       Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila di bandingkan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya.
f.       Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan.
g.      Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

D. Kekurangan
*   Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
*   Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
*   Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000).
*   Memerlukan persiapan yang lebih matang , sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
*   Memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
*   Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
*   Demonstrasi tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa.
*   Kadang suatu demonstrasi menjadi kurang bermakna jika tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya.

V.     Metode Simulasi
A.   Kapan Digunakan
Metode simulasi diartikan sebagai cara penyajian pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakekat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. 
Metode ini tepat digunakan pada saat terdapat situasi atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara nyata dalam situasi sebenarnya, misalnya keadaan bulan dan rotasinya. Terdapat pula konsep-konsep yang harus diresapi dan dirasakan peserta didik secara langsung, dengan metode ini akan menanamkan sikap normative kepada peserta didik. Sehingga peserta didik dapat berperan dan berkomunikasi secara baik.

B.  Langkah-langkah Pembelajarannya
1.    Persiapan Simulasi
§  Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
§  Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
§  Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
§  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya kepada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2.    Pelaksanaan Simulasi
§  Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
§  Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
§  Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
§  Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
3.    Penutup
§  Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.  Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
§  Merumuskan kesimpulan.
C.  Kelebihan
Kelebihan Metode Simulasi
1.   Menciptakan kegairahan peserta didik untuk belajar
2.  Menumpuk daya cipta peserta didik
3.  Menumpuk keberanian dan kemantapan penampilan peserta didik di depan orang banyak
4.  Peserta didik memiliki kesempatan untuk menyalurkan perasaan yang terpendam sehingga mendapat kepuasan, kesegaran serta kesehatan jiwa
5.  Simulasi dapat dijadikan bekal bagi kehidupannya di masyarakat
6.  Mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata.
7.  Dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam berperan atau berakting

D. Kekurangan
Kelemahan Metode Simulasi
1)  Memerlukan pengelompokan peserta didik yang fleksibel, serta ruang dan fasilitas yang tidak selalu tersedia dengan baik.
2) Pengalaman yang disimulasikan tidak selalu tepat dan sempurna dengan kenyataan di lapangan atau dalam kehidupan.
3) Simulasi sebagai alat pelajaran kadang terabaikan menjadi alat hiburan.
4) Rasa malu, ragu dan tidak percaya diri akan mengakibatkan simulasi tidak berjalan/terhambat.

VI.   Metode Inkuiri
A.   Kapan Digunakan
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Metode ini tepat digunakan pada saat siswa membutuhkan peran aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreatifitas dan berfikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuaanya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
Menurut  Sanjaya (2006:201) mengemukakan Secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas  menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. 
2)     Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persolan yang mengandung teka teki. Persolan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir  dalam mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3)     Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara  yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
4)     Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percobaan atau eksperimen. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran  guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5)     Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
6)     Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan hal yang utama dalam pembelajaran. Biasanya yang terjadi dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

C.    Kelebihan
Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:2008) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1)  Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2) Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.
4) Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

D.   Kekurangan
Di samping keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam pendekatan inkuiri, antara lain:
1)  Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar.
2) Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil.
3) Siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang guru, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri.
4) Dampaknya dapat mengecewakan guru dan siswa sendiri.
5) Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis.
6) Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan belaka hafalan.

VII. Metode Sosiodrama
A.   Kapan Digunakan
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya (Depdiknas: 23)
Metode ini tepat digunkan pada saat siswa membutuhkan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah social serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. Metode ini juga tepat digunakan untuk pemahaman materi tentang sejarah atau suatu legenda yang membutuhkan  pemahaman serta praktis, sehingga siswa dapat merasakan secara langsung apa yang terjadi dalam suatu peristiwa khusus yang diperankannya dalam dramanya.


B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a)     Tahap persiapan Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan diperagakan atau  pemilihan tema cerita. Pada tahap persiapan ini guru jugga menjelaskan mengenai  peranan-peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosio drama dan tatacara pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran setelahnya.
Dalam sebuah kelas tentunya terdapat jumlah anak yang tidak semuanya bisa melaksanakan sosio drama, jadi selain menjelaskan tatacara pelaksanaan  sosiodrama, guru juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa yang menjadi penonton.
b)    Penentuan pelaku atau pemeran Setelah menentukan tema pelaksanaan sosiodrama selanjutnya guru mendorong peserta didik untuk melaksanakan bermain peran, kemudian guru menentukan siapa saja yang menjadi pemain dalam sosiodrama dan yang menjadi penonton. Guru bertugas menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya menjadi pemeran terhadap tema belajar kelas mereka kali ini.
c)     Tahap permainan sosiodramakemudian siswa dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya selama kurang 4-5 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka sendiri. Abu Ahmadi menambahkan dalam melaksanakan sosio drama siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan, suatu sikap yang dipikirkan seandainya ia menjadi tokoh yang diperankannya ssecara spontan.
d)     Diskusi Permainan dramatisasi dihentikan, kemudian para pemaim dipersilakan duduk, kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang di ikuti  oleh semua peserta didik. Diskusi berkissar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat, dan beberapa kesimpulan.
e)     Ulangan permainan Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton setelah di dapat kesimpulan dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.

C.    Kelebihan
Adapun kelebiihan metode sosiodrama yang disebutkan oleh Abu ahmadi adalah sebagai berikut, diantaranya:
1)  Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan sesuatu masalah sosial yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuannya melakukan suatu agenda di muka orang banyak.
2) Suasana kelas sangat hidup karena perhatian para murid semakin tertarik melihat adegan seperti keadaan yang sesungguhnya.
3) Para murid dapat menghayati seseuatu peristiwa, sehingga mudah memahami, membanding-banding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
4) Anak-anak menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis.

D.   Kekurangan
Kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:
1.    Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
2.     Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
3.    Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
4.    Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
5.    Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu cukup lama.
6.    Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menirukan sesuatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini baginya sangat tidak efektif.
7.    Ada kalanya para murid enggan memerankan suatu adegan karena merasa rendah diri atau malu.
8.    Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat mengambil sesuatu kesimpulan apapun yang berarti pula tujuan pengajaran tidak dapat tercapai.


VIII. Metode Pemecahan Masalah
A.   Kapan Digunakan
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya.
Metode init tepat digunakan pada saat siswa dituntut untuk belajar memecahkan suatu masalah. Sehingga siswa dapat berfiir secara ilmiah dan logis bagaimana cara mengunakan kaidah ilmiah dengan teknik-teknik dan langkah-langkah berfikir kritis dan rasional.

B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap  yaitu :
Tahap – Tahap
Kemampuan yang diperlukan
1)      Merumuskan masalah
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
2)      Menelaah masalah
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut
3)      Merumuskan hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian
4)      Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel
5)      Pembuktian hipotesis 
Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
6)      Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan

C.    Kelebihan
ü Dengan metode ini potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
ü Dengan meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa maka akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa.
ü Dengan menggunakan metode ini menyebabkan materi yang telah dipelajari akan tahan lama.
ü Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
ü Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
ü Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
ü Mengajak siswa berpikir secara rasional
ü Siswa aktif
ü Mengembangkan rasa tanggung jawab
ü Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
ü Berpikir dan bertindak kreatif.
ü Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
ü Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
ü Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
ü Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
ü Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

D.   Kekurangan
§  Bagi siswa yang sangat kurang pemahaman dasar matematika maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
§  Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah akan berubah fungsinya menjadi latihan, apabila tanpa memahami konsep yang dikandung soal-soal tersebut.
§  Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
§  Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan
§  Memakan waktu lama
§  Kebulatan bahan kadang – kadang sukar dicapai
§  Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
§  Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

IX.   Metode Latihan (Metode Drill)
A.   Kapan Digunakan
Menurut (Syaiful Sagala, 2009:21) “Metode drill adalah metode latihan, atau metode training yang merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan”.
Metode ini tepat digunakan pada saat siswa membutuhkan keterampilan yang mengharuskan mereka untuk melakukannya secara berulng-ulang untuk memahami materi yang siswa pelajari. Serta dengan metode latihan pula siswa dapat menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang membutuhkan pembiasaan untuk melakukannya setiap hari, misalnya siswa bangun setiap subuh dan belajar secara rutin pada malam hari sebelum pelajaran dijelaskan oleh guru disekolah.

B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
Langkah-langkah Penggunaan Metode Latihan Terbimbing (Roestiyah, 2001)
ü Menjelaskan maksud dan tujuan latihan terbimbing pada siswa.
ü Guru harus lebih menekankan pada diagnosa, karena latihan permulaan belum bisa mengharapkan siswa mendapatkan keterampilan yang sempurna.
ü Mengadakan latihan terbimbing sehingga timbul response siswa yang berbeda-beda untuk peningkatan keterampilan dan penyempunaan kecakapan siswa.
ü Memberi waktu untuk mengadakan latihan yang singkat agar tidak meletihkan dan membosankan dan guru perlu memperhatikan response siswa apakah telah melakukan latihan dengan tepat dan cepat.
ü Meneliti hambatan atau kesukaran yang dialami siswa dengan cara bertanya kepada siswa, serta memperhatikan masa latihan dengan mengubah situasi sehingga menimbulkan optimisme dan rasa gembira pada siswa yang dapat menghasilkan keterampilan yang baik. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang pokok dan tidak banyak terlibat pada hal-hal yang tidak diperlukan.
ü Guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing dapat berkembang.

C.    Kelebihan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Kelebihan Metode Latihan
1.      Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat
2.     Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3.     Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

D.   Kekurangan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Kekurangan Metode Latihan
1.   Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
2.  Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.  Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

X.     Metode Karyawisata
A.   Kapan Digunakan
Menurut ibid (dalam Teguh, 2006) karya wisata adalah berpergian atau mengunjungi suatu objek dalam rangka memperluas pengetahuan. Sedangkan menurut sagala (dalam abimanyu) menyatakan bahwa karya wisata atau studi wisata sebagai metode pembelajaran adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari obyek belajar yang ada di tempat itu.
Metode ini tepat digunakan pada saat siswa membutuhkan pembelajaran langsung dilapangan untuk mengetahui secara nyata bentuk yang dijelaskan oleh guru sehingga siswa tidak hanya menerawang atau mengahayal apa yang di bicarakan oleh guru. Disamping itu metode ini juga cocok digunakan sebagai salah satu bentuk wisata edukasi yang mendidik.

B.    Langkah-langkah Pembelajarannya
1.     Persiapan
a)  Menentukan tujuan yang jelas tentang karya wisata.
b) Menetapkan dengan terperinci hal-hal yang perlu diamati anak-anak.
c)  Merumuskan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan nanti.
d)  Mengumpulkan dan mempelajari sejumlah bacaan yang berhubungan dengan karya wisata.
e)  Membentuk panitia atau kelompok khusus yang bertugas antara lain : mengadakan kontak dengan orng-orang tertentu yang diperlukan, panitia keuangan, tata tertib, keamanan, pencatat, dan lain-lain.
2.    Perencanaan
a)  Hasil kunjungan pendahuluan dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi : tujuan karya wisata, pembagian obyek sesuai dengan tujuan, jenis obyek, dan jumlah siswa.
b) Dibentuk panitia secara lengkap.
c)  Menentukan metode mengumpulkan data yaitu dengan cara wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi.
d)  Penyusunan acara selama karya wisata berlangsung.Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dan menaati jadwal yang telah direncanakan sehingga pelaksanaan lancer sesuai dengan rencana.
e)  Mengurus perizinan.
f)  Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan.
3.    Pelaksanaan
Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang menaati tata tertib.
4.    Pembuatan Laporan
Hasil yang diperoleh dan kegiatan dalam karya wisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama.

C.    Kelebihan
v Karya wisata memiliki konsep pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam proses belajar mengajar.
v Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
v Pengajaran dengan metode karya wisata dapat lebih merangsang kreatifitas siswa.
v Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas, mendalam dan actual.
v Dapat memberi kepuasan kepada murid, karena dapat melihatsecara langsung obyek yang diamati.
v Guru lebih mudah menerangkan materi karena bisa mengamati secara langsung obyek yang dipelajari.
v Para murid bisa mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif.

D.   Kekurangan
Ø Fasilitas yang diperlukan sulit disediakan siswa di sekolah.
Ø Biaya yang digunakan untuk acara ini lebih banyak dari pada metode yang lain.
Ø Memerlukan kordinasi dengan guru yang lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata.
Ø Dalam karya wisata sering rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan nsure studinya menjadi terabaikan.
Ø Sulit mengatur banyak siswa dalam perjalanan ini dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Ø Mengganggu pelajaran yang lain,jika sering dilakukan. Karena menyita banyak waktu, lebih-lebih kalau tempatnya jauh dari lokasi belajar.

Ø Membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang.